Gelegar musik pembuka yang mencanangkan pertandingan melenyap dari pendengaran dengan geraman malas segera saat berlaga harus dimulai, para pemain berhenti memperhitungkan dirinya dengan serius, dan lakon pun ambruk sama sekali, seperti gelembung-gelembung tercoblos … Revolusi itu sendiri melumpuhkan para pengusungnya dan memberkahi musuh-musuhnya saja dengan kekuatan bergelora. Karl Marx, The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte (1852)
Brigadir Jenderal Supardjo dan Istri |
Pengakuan akibat siksaan, kesaksian berselubung, kisah media yang direkayasa para tentara ahli perang urat syaraf – di tengah-tengah limpahan informasi tentang G-30-S, teramat sedikit yang dapat ditimbang sebagai bukti teruji. Para peneliti tidak dapat mengajukan sesuatu lebih dari dugaan cerdas tentang identitas pemimpin-pemimpin yang sebenarnya dan motivasi mereka. Apakah Sjam dan Aidit bertanggung jawab, seperti diakui Sjam sendiri di persidangannya? Atau Untung dan para perwira militer lainnya bertanggung jawab, seperti yang mereka akui di persidangan mereka? Atau apakah mereka bekerja bersama sebagai satu tim tanpa kejelasan siapa yang bertanggung jawab? Atau apakah Suharto dengan satu atau lain cara berdiri di belakang mereka sebagai dalang dari seluruh drama yang memilukan itu? Dengan tidak adanya bukti yang tidak dapat disangsikan, pertanyaan-pertanyaan di atas tidak bisa dijawab dengan kepastian sedikit pun.
Mengingat bahwa bukti-bukti tentang G-30-S sudah dikacaukan dan dipertanyakan, tidak mengherankan ketika ditemukan bahwa suatu bukti yang sangat penting telah diabaikan. Salah seorang konspirator G-30-S yang ada di pangkalan udara Halim pada 1 Oktober, yaitu Brigadir Jenderal Supardjo, menulis sebuah analisis postmortem tentang kegagalan mereka. Tulisan ini diberinya judul “Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kekalahan ‘Gerakan 30 September’ Ditinjau dari Sudut Kemiliteran” (lihat lampiran 1). Hingga sekarang para peneliti tidak mengakui dokumen ini sebagaimana adanya: sumber utama terpenting tentang G-30-S. Ini satu-satunya dokumen yang tersedia sampai sekarang yang ditulis oleh pelaku G-30-S sebelum ia tertangkap.
Dengan demikian, informasi yang terkandung di dalamnya mempunyai bobot keterandalan dan kejujuran yang khas. Supardjo menulis demi kepentingan kawan-kawannya, bukan bagi para interogator dan penuntut umum yang memusuhinya. Jika kita hendak menganalisis G-30-S lagi, seyogianya kita mulai dengan dokumen ini, melihat kesimpulan apa yang dapat ditarik dari sana, dan kemudian memeriksa kembali bukti-bukti yang ada dengan mempertimbangkan dokumen ini. [baca selanjutnya: 'Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto']
Tidak ada komentar:
Posting Komentar